Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2010

Antara Nikah dan Maisyah (Penghasilan)

Antara Nikah dan Maisyah Fenomena yang wajar menurutku, ketika mau menikah, calon istri dan calon mertua bertanya tentang maisyah (penghasilan). Tentu, calon mertua tidak rela kelak anaknya menderita kelaparan atau telantar begitu saja. Aku mengalami sendiri, pertama kali mendatangi rumah calon istri, salah satu pertanyaan calon bapak mertua adalah "Kerja di mana Adik?". Bingung juga saat itu. Menjawab pengangguran, rasanya kurang sopan. Mengarang cerita, mengatakan sudah bekerja, hati ini tidak berani karena sudah keluar dari tempat bekerja. "Maaf Pak, memang sekarang saya tidak punya pekerjaan tetap. Saya baru keluar dari pekerjaan akhir bulan lalu. Insya Allah dalam waktu dekat ada pekerjaan tetap. Mudah-mudahan" akhirnya aku beretorika. Alhamdulillah, calon bapak mertua nampaknya tidak mempersoalkan jawabanku. Setidaknya dia tidak terus membahas tentang pekerjaan. Pertanyaan beralih kepada hal lainnya. Tapi rupanya persoalan belum tuntas. Kakak tertua calo...

Menjaga Kehormatan

Melihat calon penumpang kereta berjubel, aku terburu-buru menuju gerbang stasiun kereta Beos. Kuarahkan kaki ini menuju loket pembelian tiket kereta Jakarta-Bogor. Seperti biasanya, sore itu calon penumpang dari berbagai kalangan berderet, antri membeli tiket kereta. Di deretan depan, seorang ibu nampak lelah menggendong anaknya. Di belakangnya dua remaja yang berkostum stelan kaos dan jeans asyik mengobrol. Tidak jauh dari depanku seorang pria dewasa mengamati terus monitor yang baru dibelinya. Sementara persis di dekat loket penjualan tiket, ibu-ibu dan anak-anak pengemis setia menunggu pemberian recehan sisa kembalian para penumpang. Tiba-tiba aku dikagetkan suara seorang bapak dari samping. "Maaf Dik, bisa nitip beli karcis. Barang bawaan saya berat!". Aku menoleh, sesosok tubuh kurus dengan sorot mata tajam menatapku. Pundaknya memanggul beban karung besar yang menyebabkan badannya agak bungkuk dan pandangannya tidak bisa lurus ke depan. Pandanganku bergerak ke bawah...

Tamu Tak Diundang

Awalnya ia hanya sebuah kotak yang tidak bisa berbuat apa-apa. Saat ratusan program siaran dibenamkan, kotak tersebut menjelma sebuah kotak ajaib berdaya sihir kuat di tengah-tengah kita. Benar, kotak ajaib tersebut adalah pesawat televisi yang mungkin saat ini terdapat pula di rumah atau di kamar-kamar Anda. Model dan jenis benda yang mampu membius pemirsanya ini sangat banyak. Ukurannya mulai dari super gede seperti home theatre hingga supermini yang hanya beberapa inchi. Modelnya dari yang sederhana hingga mutakhir, dari yang hitam putih dan layar biasa hingga berwarna dan layar datar. Ada banyak alasan kenapa orang merasa perlu menonton televisi. Agar bisa mengikuti info terkini, melek politik, atau melek budaya merupakan beberapa contohnya. Ada banyak alasan juga kenapa orang merasa tidak perlu menonton televise, bahkan menjauhinya. Mayoritas program yang disuguhkan bersifat tidak mendidik merupakan alasan utama bagi kelompok yang menjauhi televisi. Teman saya, sesama guru m...