Harta, tahta, dan wanita. Tiga kata ini sering kita dengar atau kita baca terkait dengan tiga jenis godaan bagi manusia di dunia. Namun sekarang kita tidak akan membahas esensi materi tiga kata tersebut. Fokus kita tertuju kepada bentuk kata tahta. Apakah penggunaan kata tahta sudah benar? Apakah ada bentuk kata lain yang digunakan masyarakat pengguna bahasa?
Kata tahta ternyata bersaing dengan kata takhta. Hasil pengecekan penulis dalam mesin pencari kata daring, ditemukan kata tahta dan takhta. Berikut kutipannya.
(1) Upacara Naik Tahta Kaisar Naruhito Dilaksanakan Pagi Ini (https://www.cnnindonesia.com/internasional/20190501080200-113-391032/upacara-naik-tahta-kaisar-naruhito-dilaksanakan-pagi-ini)
(2) Kilas Balik Pergantian Tahta pada Masa Kerajaan di Indonesia (https://www.kompasiana.com/tomidwikinugraha7577/5c619ab6677ffb39292d44e3/kilas-balik-pergantian-tahta-pada-masa-kerajaan-di-indonesia)
(3) Takhta (https://id.wikipedia.org/wiki/Takhta)
Lalu bentuk kata mana yang dibakukan, tahta atau takhta? Berikut penjelasan untuk menjawab pertanyaan tersebut. KBBI V mencantumkan kata takhta yang berarti tempat duduk raja atau kedudukan. Kata tahta memang dicantumkan dalam KBBI V namun dengan keterangan tahta merupakan bentuk tidak baku dari takhta.
J.S. Badudu (2009) mengelompokkan kata takhta sebagai kata serapan yang berasal dari bahasa Arab. takhta, (Ar) tempat duduk raja, kursi kerajaan, singgasana. Adapun Wikipedia bahasa Indonesia menjelaskan istilah takhta dalam bahasa Indonesia berasal dari pengaruh serapan bahasa Persia yang memiliki arti sama persis, yaitu kursi kebesaran penguasa. Istilah yang lebih awal dalam kebudayaan Indonesia purba adalah singgasana yang berasal dari bahasa Sanskerta sinhasana yang berarti tempat duduk singa.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam kegiatan berbahasa baik secara lisan maupun tulisan, bentuk kata yang diresmikan dan dianjurkan digunakan adalah takhta, bukan tahta. [Tata Tambi]
Rujukan:
1. KBBI V 0.3.2 Beta (32), Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan, Kemdikbud RI.
2. J.S. Badudu. 2009. Kamus Kata-Kata Serapan Asing dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.
3. https://id.wikipedia.org/wiki/Takhta.
Reporter: Abimanyu Caesar p IX-A Dunia ini telah melewati banyak masa, dan kehidupan di dunia ini telah ada sejak lama dari zaman ke zaman. Inilah siklus kehidupan, revolusi kehidupan. Ketentraman dan kedamaian tertanam pada zaman dimana kita berpijak saat ini. Sore hari yang begitu berwarna, tak lama mentari selesai dari penyinarannya. Dan pada saat ini, Tanggal 01-10-2024, sangat prihatin kondisi dunia keremajaan di dunia kita, dunia yang penuh kehijauan dan keindahan. Pengaruh media sosial sangat memengaruhi banyak orang terutama, PARA REMAJA. Benih kesuksesan, benih masa depan, yang seharusnya disiram dengan pupuk yang baik, seakan tersiram dengan pupuk KEHANCURAN!, mereka amatlah tercemar seperti yang kedua mata kita lihat, mereka BERPACARAN, MINUM MINUMAN TAK HALAL, GAME ONLINE YANG SELALU 24 JAM BERADA DI TANGAN MEREKA. Gaya hidupmu adalah ukiran kehidupanmu, apabila kamu mengukir Kehidupanmu dengan baik…. Maka baik pula skenario hidup yang kamu tuliskan...
Komentar
Posting Komentar