Langsung ke konten utama

Hitung Mundur

Metode Hitung Mundur

Metode penghitungan mundur sering digunakan untuk acara-acara penting seperti pelaksanaan olimpiade, pemilihan umum (pemilu), atau menjelang pelaksanaan ujian akhir nasional di sekolah-sekolah. Caranya, sebuah papan penunjuk waktu yang ditulisi angka dengan ukuran besar diletakkan di tempat strategis. Penghitungan mundur pelaksanaan kegiatan biasanya dilakukan satu bulan sebelum pelaksanaan. Diawali dari angka 30, setiap hari angka berkurang menjadi 29, 28, 27 dan seterusnya hingga mencapai angka 0 yang berarti hari pelaksanaan (hari H) telah tiba.
Berkaitan dengan umur manusia, sesungguhnya waktu yang ada sekarang, bergantinya hari demi hari, merupakan penghitungan mundur waktu kematian. Setiap manusia akan memulai dan mengakhiri penghitungan mundur kematiannya dalam waktu yang berbeda-beda. Saat terlahir ke dunia, saat itulah manusia memulai penghitungan mundur kematiannya. Dengan takdir Allah, ada yang meninggal beberapa ratus tahun kemudian, beberapa puluh tahun kemudian, beberapa tahun kemudian, beberapa bulan, beberapa hari, bahkan ada yang beberapa menit kemudian..
Semua manusia sama, akan mengalami penghitungan mundur kematian. Seiring bergantinya hari, semakin dekatlah akhir penghitungan mundur kematian kita. Ketika hitungan mundur sudah mencapai angka 3, 2, dan 1, maka saat itulah penghitungan mundur berakhir. Malakul maut akan mencabut nyawa kita.
"Semua yang ada di bumi itu akan binasa; tapi Dzat Tuhanmu akan tetap kekal, yang mempunyai Kebesaran dan Kemuliaan"(QS 55: 26-27). ”Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat saja disempurnakan pahalamu. Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan”. (QS 3:185).
Lalu, ketika angka penghitungan mundur kita semakin mengecil, terus meluncur menuju angka 0, kenapa kita masih tertipu kehidupan dunia yang sementara? Kenapa aturan Sang Pencipta harus dikalahkan karena mengharap ridho sesama manusia? Bukankah manusia yang lebih mengharapkan kehidupan dunia dibanding ridho Allah akan mendapat siksaan yang tak pernah terbayangkan sebelumnya?
Kenapa salat kita masih terlambat, bukankah orang yang lalai dalam salatnya akan mendapatkan kecelakaan? Bukankah kita sudah mengetahui dalam sebuah hadis yang sahih dikatakan bahwa amalan pertama yang akan dihisab adalah perkara salat kita ketika di dunia?
Kenapa kita masih merasa berat bederma kepada sesama yang membutuhkan? Bukankah sebuah hadis sahih menjelaskan bahwa sebaik-baik sedekah adalah engkau bersedekah ketika engkau dalam keadaan sehat dan rakus (kikir), sangat mengharapkan kekayaan dan takut miskin? Al Imam Ibnu Katsir menambahkan yakni ketika engkau benar-benar cinta pada harta, tamak, dan sangat membutuhkannya.
Mari kita tengok lagi, apakah sumber nafkah dan makan minum kita sudah halal? Apakah hati kita sudah steril dari iri dan dengki? Apakah lidah kita sudah terbebas dari menggunjing saudara kita sendiri? Apakah mata dan hati kita sudah terhindar dari beragam kemaksiatan di sekitar kita?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tahta atau Takhta?

Harta, tahta, dan wanita. Tiga kata ini sering kita dengar atau kita baca terkait dengan tiga jenis godaan bagi manusia di dunia. Namun sekarang kita tidak akan membahas esensi materi tiga kata tersebut. Fokus kita tertuju kepada bentuk kata tahta. Apakah penggunaan kata tahta sudah benar? Apakah ada bentuk kata lain yang digunakan masyarakat pengguna bahasa? Kata tahta ternyata bersaing dengan kata takhta . Hasil pengecekan penulis dalam mesin pencari kata daring, ditemukan kata tahta dan takhta. Berikut kutipannya. (1) Upacara Naik Tahta Kaisar Naruhito Dilaksanakan Pagi Ini (https://www.cnnindonesia.com/internasional/20190501080200-113-391032/upacara-naik-tahta-kaisar-naruhito-dilaksanakan-pagi-ini) (2) Kilas Balik Pergantian Tahta pada Masa Kerajaan di Indonesia (https://www.kompasiana.com/tomidwikinugraha7577/5c619ab6677ffb39292d44e3/kilas-balik-pergantian-tahta-pada-masa-kerajaan-di-indonesia) (3) Takhta (https://id.wikipedia.org/wiki/Takhta) Lalu bentuk kata mana yang dibakuka...

GAYA HIDUPMU, UKIRAN KEHIDUPANMU!

Reporter: Abimanyu Caesar p IX-A Dunia ini telah melewati banyak masa, dan kehidupan di dunia ini telah ada sejak lama dari zaman ke zaman. Inilah siklus kehidupan, revolusi kehidupan. Ketentraman dan kedamaian tertanam pada zaman dimana kita berpijak saat ini. Sore hari yang begitu berwarna, tak lama mentari selesai dari penyinarannya. Dan pada saat ini, Tanggal 01-10-2024, sangat prihatin kondisi dunia keremajaan di dunia kita, dunia yang penuh kehijauan dan keindahan. Pengaruh media sosial sangat memengaruhi banyak orang terutama, PARA REMAJA. Benih kesuksesan, benih masa depan, yang seharusnya disiram dengan pupuk yang baik, seakan tersiram dengan pupuk KEHANCURAN!, mereka amatlah tercemar seperti yang kedua mata kita lihat, mereka BERPACARAN, MINUM MINUMAN TAK HALAL, GAME ONLINE YANG SELALU 24 JAM BERADA DI TANGAN MEREKA. Gaya hidupmu adalah ukiran kehidupanmu, apabila kamu mengukir Kehidupanmu dengan baik…. Maka baik pula skenario hidup yang kamu tuliskan...

STS PONPES IBNU TAIMIYAH

Reporter:Ibrahim harahap Pada tanggal 21 September 2024 bertepatan hari Kamis,Pondok Pesantren Ibnu Taimiyah mengadakan ujian yang disebut “STS” (Sumatif Tengah Semester).Hal ini lumayan berbeda dibandingkan tahun pelajaran sebelumnya,yakni ujian dengan system Formatif/penilaian harian. “Antum harus siapkan dengan matang pada ujian kali ini .Ustad menegaskan,bahwasannya mencontek adalah perbuatan haram.Oleh karena itu ustad sangat menegaskan para santri dilarang keras mencontek.” Jelas ustad Taufiq saat menasehati santrinya di jam KBM.Walaupun demikian,ada yang mencoba untuk mengindahkan nasehat tersebut diantara mereka.Ada juga segelintir “Oknum” yang melasanakan ujian dengan cara yang curang. Pada malam ujian,santri “dipaksa” untuk belajar mandiri di masjid dengan waktu yang relative lama,yaitu dari ba’da isya hingga pukul Sembilan malam.Sebagian santri ada yang geram karena ia mengira “paksaan belajar mala...